Jumlah terbesar dari mata-mata China, diikuti Rusia dan Indonesia Mata-mata cyber Indonesia dituduh serang jaringan komputer Australia. (Ilustrasi/Reuters) ★
Mata-mata cyber dari China, Rusia dan Indonesia dituduh gencar melakukan serangan peretasan pada jaringan komputer Pemerintah Australia. Ratusan upaya hacking itu disebut dilakukan setiap bulan.
Menurut laporan The Australian, sistem jaringan komputer yang jadi sasaran upaya peretasan itu digunakan oleh 97 lembaga Pemerintah Australia.
Instansi pemerintah di Australia kini didesak untuk mengenkripsi data mereka secara maksimal dan melindunginya dari upaya hacking yang ingin mengungkap rahasia militer, politik dan ekonomi Canberra.
Serangan cyber pada lembaga-lembaga Pemerintah Australia, sebagaimana dikutip news.com.au, Rabu (17/2/2016), sebagian besar dilakukan mata-mata asing. Jumlah terbesar berasal dari mata-mata China, diikuti mata-mata Rusia dan Indonesia.
Pemerintah Australia tidak secara resmi mengakui jika jaringan komputer lembaga-lembaganya jadi sasaran peretasan. Namun, Menteri Keuangan Australia, Mathias Cormann mengatakan bahwa keamanan informasi diperlakukan sangat serius.
”Semua jaringan komunikasi pemerintah dilindungi, mereka tunduk pada aturan keamanan dan enkripsi yang tepat, sesuai dengan persyaratan untuk klasifikasi keamanan informasi yang dikirimkan di antara mereka,” katanya kepada The Australian.
Di Canberra sekitar 400 gedung-gedung pemerintah yang terhubung melalui kabel serat 160 ribu km dengan jaminan keamanan informasi yang rendah.
Laporan itu muncul setelah pada bulan Desember tahun lalu, mata-mata cyber China dituduh melakukan serangan besar pada jaringan komputer di Biro Meteorologi. Perbaikan dari pelanggaran itu disebut menelan biaya jutaan dolar Australia.
Pakar keamanan cyber dari Curtin University, Mihai Lazarescu, sebelumnya telah memperingatkan bahwa Australia tidak mengambil ancaman perang cyber yang cukup serius.
Pemerintah Perdana Menteri Malcolm Turnbull telah diharapkan untuk merilis strategi cybersecurity pada semester pertama tahun ini. Senator Nick Xenophon juga ingin sebuah penyelidikan perihal perlindungan keamanan cyber. (mas)
Mata-mata cyber dari China, Rusia dan Indonesia dituduh gencar melakukan serangan peretasan pada jaringan komputer Pemerintah Australia. Ratusan upaya hacking itu disebut dilakukan setiap bulan.
Menurut laporan The Australian, sistem jaringan komputer yang jadi sasaran upaya peretasan itu digunakan oleh 97 lembaga Pemerintah Australia.
Instansi pemerintah di Australia kini didesak untuk mengenkripsi data mereka secara maksimal dan melindunginya dari upaya hacking yang ingin mengungkap rahasia militer, politik dan ekonomi Canberra.
Serangan cyber pada lembaga-lembaga Pemerintah Australia, sebagaimana dikutip news.com.au, Rabu (17/2/2016), sebagian besar dilakukan mata-mata asing. Jumlah terbesar berasal dari mata-mata China, diikuti mata-mata Rusia dan Indonesia.
Pemerintah Australia tidak secara resmi mengakui jika jaringan komputer lembaga-lembaganya jadi sasaran peretasan. Namun, Menteri Keuangan Australia, Mathias Cormann mengatakan bahwa keamanan informasi diperlakukan sangat serius.
”Semua jaringan komunikasi pemerintah dilindungi, mereka tunduk pada aturan keamanan dan enkripsi yang tepat, sesuai dengan persyaratan untuk klasifikasi keamanan informasi yang dikirimkan di antara mereka,” katanya kepada The Australian.
Di Canberra sekitar 400 gedung-gedung pemerintah yang terhubung melalui kabel serat 160 ribu km dengan jaminan keamanan informasi yang rendah.
Laporan itu muncul setelah pada bulan Desember tahun lalu, mata-mata cyber China dituduh melakukan serangan besar pada jaringan komputer di Biro Meteorologi. Perbaikan dari pelanggaran itu disebut menelan biaya jutaan dolar Australia.
Pakar keamanan cyber dari Curtin University, Mihai Lazarescu, sebelumnya telah memperingatkan bahwa Australia tidak mengambil ancaman perang cyber yang cukup serius.
Pemerintah Perdana Menteri Malcolm Turnbull telah diharapkan untuk merilis strategi cybersecurity pada semester pertama tahun ini. Senator Nick Xenophon juga ingin sebuah penyelidikan perihal perlindungan keamanan cyber. (mas)
★ sindonews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar