Dalam artikel di Global Research Senin 22 Februari 2016, J. Hawk, Daniel Deiss dan Edwin Watson menuliskan, ketika pesawat Rusia pertama kali tiba di Hmeimim, situasi perang dalam kondisi buruk untuk pemerintah Suriah. Sejumlah kelompok pemberontak dan ISIS teroris mampu membuat kemajuan besar dalam beberapa bulan sebelumnya dan semakin dekat serta mengancam Damaskus. Pasukan Suriah yang mengalami demoralisasi oleh berbagai kekalahan juga dihantam dengan kekurangan peralatan dan amunisi.
Militer Rusia belum menunjukkan efektivitas tempur atau serangan jarak jauh pada awalnya. Jika Erdogan memutuskan untuk meluncurkan operasi darat di Suriah pada bulan September atau Oktober 2015, ketika situasi Suriah kala itu benar-benar sedang kacau maka pasukan Turki akan berdiri pada situasi dengan kesempatan yang besar untuk melaju di tanah Suriah. Hal yang tidak mungkin bisa dilakukan sekarang ini.
Beberapa bulan kemudian, situasi telah berubah sedemikian rupa. Intervensi militer Turki hampir tidak ada peluang untuk mencetak sukses. Hmeimim sekarang memiliki lebih dari 50 pesawat, termasuk Su-27SM, Su-30SM, dan Su-35S yang dapat memberikan pertahanan tempur efektif melawan serangan Turki. Pangkalan juga diinstal dan dilindungi dengan sistem pertahanan udara paling canggih di dunia saat ini S-400 untuk pertahanan jarak jauh. Jika lolos dari S-400, masih ada Buk-M2 untuk pertahanan jarak menengah.
Kalaupun lolos akan diadang Pantsir-S yang berdiri sebagai lapis ketiga pertahanan udara. Sulit bagi pesawat manapun untuk bisa menyerang pangkalan Rusia di Suriah. Pesawat musuh juga akan menghadapi rentetan serangan elektronik yang secara signifikan akan menurunkan kemampuan mereka untuk menargetkan Hmeimim.
Sebaliknya, peluncuran rudal jelajah oleh kapal-kapal angkatan laut Rusia dan pembom berat telah menunjukkan kemampuan untuk menargetkan pangkalan udara Turki dan menghancurkan pesawat Turki di darat jika ada pertempuran.
Pangkalan Rusia di Suriah juga menikmati perlindungan dari kehadiran secara konstan gugus tugas angkatan laut, yang mencakup kapal penjelajah bersenjata rudal jarak jauh baik rudal anti-kapal dan anti-pesawat, beberapa kapal anti-kapal selam, dan setidaknya satu korvet rudal.
Di darat, kekuatan batalion tentara Rusia bukan satu-satunya kekuatan yang melindungi pangkalan. Bantuan militer Rusia, termasuk dengan menyediakan alat berat, amunisi, dan perencana militer serta penasihat, telah membawa kembali tentara Suriah dalam kondisi siap tempur. Selain itu, berkat upaya diplomatik Rusia, beberapa kelompok oposisi Suriah telah bergabung dengan pasukan pemerintah. Demikian juga unit Kurdi yang di masa lalu mengobarkan perjuangan sendiri melawan ISIS kini telah sepenuhnya dimasukkan ke dalam koalisi yang dipimpin Rusia dengan imbalan konsesi politik pemerintah Suriah. Ada juga kehadiran Hizbullah dan Iran yang cukup besar di Suriah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar