Senin, 01 Februari 2016

Altay, Kebanggaan Sang Ataturk

copyright: OTOKAR
Tak terasa, sudah lebih dari delapan dasawarsa berdirinya Republik Turki setelah kehancuran Kesultanan Turki Ottoman. Mustafa Kemal Pasha, Sang Ataturk (Bapak Bangsa Turki) memperkenalkan ideologi reformis-nasionalisnya yang amat terkenal.
Salah satu pernyataan kemerdekaan Mustafa Kemal Pasha diartikannya sebagai “Kemerdekaan penuh yang kami maksudkan, adalah kemerdekaan penuh atas nasib ekonomi, keuangan, hukum, militer, budaya, dan kebebasan dalam segala bidang. Penindasan atas salah satu dari hal ini sama artinya menindas kemerdekaan dari seluruh bangsa dan Negara (Turki).” Dan apabila Mustafa Kemal Pasha diijinkan untuk melihat kembali bangsa dan Negara yang amat dicintainya dari alam sana, Beliau akan sangat-sangat bangga. Di tengah kawasan regional yang terus bergejolak, Turki di bawah kepemimpinan PM Recep Tayyip Erdogan berhasil menumbuhkan kekuatan dalam segala bidang yang divisikan oleh Mustafa Kemal. Lebih dari itu, Turki berhasil memainkan peranannya sebagai aktor geopolitik paling berpengaruh di antara Eropa dan Asia, menyeimbangkan permainan politik Negara-negara Arab dan Israel.

Dalam pembangunan kekuatan militernya, Turki menjadi satu dari sedikit Negara di luar AS, Rusia, dan Eropa Barat yang mampu mengembangkan beragam produk militer untuk memenuhi kebutuhannya dan bahkan menjualnya secara komersial sebagai sumber pendapatan Negara. Bermain cantik, Turki mampu membangun industri militernya dengan beragam ToT (Transfer of Technology) yang di negeri ini saja masih sebatas jargon undang-undang belaka. Satu proyek prestisius yang terus melaju kencang adalah perancangan dan pembuatan TNMBT (Turkish National Main Battle Tank) yang diberi kode Altay. Pembuatan MBT bagi banyak industri militer dianggap sebagai pemuncak pencapaian industri militer bidang darat, kini sudah di depan mata Turki dan kekuatan industri militernya. Bukan hal yang mudah, karena untuk menghasilkan monster lapis baja tersebut, dibutuhkan ratusan komponen yang tidak bisa diproduksi secara mandiri hanya oleh satu perusahaan saja.
Pencapaian Turki juga tak dibuat dalam semalam. Beragam kontraktor dan pabrikan Turki seperti Aselsan belajar dari nol, dengan dibantu oleh banyak Negara. Turki juga belajar perlahan, dimulai dengan proyek modernisasi MBT seperti Leopard 1T yang dibeli sebanyak 397 unit dari Jerman, dan dimodernisasi mulai tahun 2006-2009. 274 M60T juga dibangun ulang oleh Aselsan dengan asistensi dari IMI (Israeli Military Industries) yang mengacu pada proyek modernisasi serupa di Israel dengan kode Magach series. Turki mempelajari ilmu sistem rotasi kubah berbasis elektrik dan applique armor langsung dari Israel. Terakhir, Leopard 2 yang dibeli Turkish Land Forces (TLF)/ AD Turki juga disentuh dengan proyek modernisasi berkode Leopard 2NG. Tak tanggung-tanggung, Aselsan bahkan berani menanamkan sistem kendali penembakan buatannya sendiri yang diberi nama NGFCS (Next Generation Fire Control System) berkode Volkan (Vulcan). Spekulasi di kalangan pengamat mengatakan bahwa Volkan memiliki akar pada FCS Knight yang dibuat Israel dan ditanamkan pada Magach 7 yang dibeli Turki dari Israel. Untuk versi TNMBT, Aselsan membenamkan varian Volkan-III yang lebih maju dibandingkan dengan varian yang ada pada Leopard 2A4NG. NGFCS ini menarik perhatian dari berbagai negara, dimana Finlandia bahkan mempertimbangkannya sebagai salah satu kandidat utama dalam tender modernisasi tank Leopard Finlandia, walaupun akhirnya harus kalah.
Pengalaman ini akhirnya mendorong TLF untuk mensponsori program pengembangan TNMBT pada 2008. Proyek pengembangannya sendiri dibagi kedalam 3 fase, dimana Fase I terdiri dari desain, pengembangan, produksi, dan prekualifikasi purwarupa TNMBT. Fase II terdiri dari desain konseptual, dan Fase III terdiri dari pengembangan lanjutan purwarupa, kualifikasi, dan induksi didalam TLF. Fase I, yang direncanakan akan mencakup periode selama 78 bulan, dimenangkan oleh firma Otokar. Otokar kemudian menggandeng sejumlah kontraktor terkenal dalam dunia pertahanan. Aselsan digandeng untuk menyediakan NGFCS Volkan, lalu ada MKE untuk pembuatan meriam 120mm L55 yang dibuat secara mandiri. Roketsan mengembangkan sistem perlindungan modular yang melapisi seluruh tubuh baja dari TNMBT. Untuk dapur pacu dan transmisi, dipercayakan pada MTU/ Renk yang mengembangkan mesin baru Euro Powerpack berdaya 1.500hp. Mesin ini akan menjadi basis pengembangan dari mesin nasional Turki yang mulai diinisiasikan pada akhir tahun 2010. Terakhir ada Rotem dari Korea Selatan yang menjadi penasihat proyek, yang membagi pengalaman mereka saat membangun MBT XK1/2 yang merupakan MBT Korea Selatan berbasis M1 Abrams. Harus diakui, bentuk dari TNMBT memang sedikit banyak mirip dengan MBT K2 Black Panther milik Korea Selatan.
copyright: OTOKAR
Beserta pembangunan purwarupa tersebut, secara paralel dibangun sejumlah laboratorium canggih. Otokar membangun satu ruangan khusus untuk menguji keamanan komponen elektronik didalam TNMBT dari gangguan gelombang elektromagnetik (EMP). Pusat riset balistik didirikan di Serefilkochisar untukmenguji komposisi lapisan pelindung modular yang menyelubungi TNMBT, dengan memanfaatkan pengalaman Aselsan membangun Leopard 2NG dengan lapisan komposit AMAP (Advanced Modular Armor Protection) dari IBD Deisenroth Jerman. Kontraktor utama pembuat lapisan balistik dari TNMBT adalah Roketsan dengan bantuan dari Nurol  Technologies. Untuk memastikan baja yang digunakan memiliki tingkat kekerasan yang diperlukan, satu pabrik pemanasan baja dibangun di fasilitas Kinkkale milik Mechanical & Chemical Industry Corporation. Sementara untuk menyiapkan awak TNMBT di masa depan, Aselsan dan Otokar membangun simulator canggih dengan enam sumbu.
Hanya dalam waktu empat tahun, Otokar sudah memamerkan purwarupa pertama di pabriknya di Sakarya dalam upacara megah yang dihadiri oleh PM Recep Tayyip Erdogan. Purwarupa pertama yang berwujud MTR (Mobility Test Rig) ditujukan untuk memeriksa integrasi modul dan sistem serta konsep keseluruhan. Purwarupa kedua yang dibangun akan berperan sebagai FTR (Firing Test Rig) yang menguji subsistem persenjataan, mulai dari sensor, modul sistem kendali penembakan, dan seluruh senjata dari kanon sampai senapan mesin koaksial yang terpasang di TNMBT. Hasil data dari MTR dan FTR akan diintegrasikan kedalam penyempurnaan untuk dua purwarupa berikutnya, yang diikuti dengan produksi masal apabila semuanya berjalan sesuai rencana. Purwarupa MTR menjalani pengujian di berbagai medan dan iklim, termasuk iklim dingin seperti di Sarikamis, dengan menempuh jarak total 3.000km. Semua modul diuji, mulai dari mesin, suspensi, kemampuan akselerasi, stabilisasi, dan pengemudian di medan off-road, semuanya dibuktikan. 

TNMBT
Berkaca dari purwarupa MTR yang sudah diwujudkan, kelihatan bahwa TNMBT yang kemudian diberi nama Altay untuk menghormati Jenderal Fahrettin Altay (1880-1974) sudah mengaplikasikan sistem modern dalam desainnya. Berkaca dari triumvirat kemampuan MBT, Altay kelihatan mengajukan mobilitas dan daya gebuk, baru kemudian proteksi. Untuk material hull dan kubah, bahan pembuatannya menggunakan material baja yang dibuat dengan sistem welding/ pengelasan modern. Proteksinya sendiri ditingkatkan dengan penggunaan lapisan komposit modern untuk dapat mengimbangi hantaman proyektil KE (Kinetic Energy) dan CE (Chemical Energy) modern. Ini kelihatan dari bagian glacis yang diperkuat oleh material komposit sehingga memiliki garis desain yang tegas bahkan tegak nyaris lurus. Perkiraan ketebalannya setara dengan baja setebal 300mm. Jika pembahasan dari majalah internal perusahaan Roketsan dapat dijadikan acuan, maka minimal terdapat tiga lapisan armour utama, dengan ruang diantara lapisan tersebut untuk mengurangi dampak hantaman. Bagian kubahnya pun serupa, pada bagian depan kubah kentara penggunaan lapisan komposit dengan ruang kosong antara lapisan pelindung luar dengan kubah, untuk meminimalisasi hantaman munisi CE seperti HEAT (High Explosive Anti Tank), yang dibentuk menajam pada bagian depan. Sementara pada bagian sisi kubah dibuat nyaris tegak lurus. Terlihat adanya tonjolan-tonjolan di sisi kiri-kanan hull dan kubah, menandakan Altay siap dipasangi dengan lapisan ERA (Explosive Reactive Armor) Nantinya, Altay akan dilengkapi dengan sistem proteksi aktif berkode AKKOR yang mampu menangkal hantaman ATGM atau roket antitank sebelum menyentuh kulit Altay.
Untuk segi layout, Altay menggunakan desain konvensional: pengemudi didepan, fighting compartment, dan kemudian mesin di bagian paling belakang. Pengemudi duduk di tengah depan, tepat dibawah gun mantlet. Akses keluar masuk kedalam hull diperoleh melalui pintu palka yang terbuka dengan bergeser ke kanan, dan pengemudi duduk di kursi yang dapat disetel ketinggiannya. Pengemudi TNMBT Altay dimudahkan saat mengemudi berkat keberadaan TDVS (Tank Driver Vision System), yang berwujud kamera di depan dan belakang tank dengan kemampuan termal. Mengemudi dalam badai atau gelap pekat bukan suatu masalah besar bagi pengemudi Altay.
 Karena program mesin nasional belum siap memberikan hasil yang diinginkan, purwarupa pertama Altay menggunakan mesin V-12 MTU MT883 Ka 501 common rail diesel yang berbentuk kompak namun mampu menyemburkan daya 1.500hp pada 2.700rpm. Mesin ini dijinakkan oleh sistem transmisi otomatis Renk HSWL 295TM. Ada lima gigi maju dan tiga gigi mundur, memberikan pilihan kecepatan yang sangat fleksibel untuk berbagai situasi untuk pengemudi. Altay sendiri menggunakan tujuh roadwheel yang terhubung dengan suspensi hybrid antara torsion bar dan hydropneumatic system. Suspensi hidropneumatik yang terpasang di barisan depan bisa diatur ketinggiannya, sehingga tank bisa ‘tiarap’ untuk mengurangi siluetnya untuk menjebak lawan. 
Sistem kubah Altay menganut layout konvesional dengan tiga kru: komandan, penembak, dan pengisi peluru. Seperti tank modern lainnya, amunisi disimpan di turret bustle di belakang kubah, yang aksesnya dilengkapi dengan firewall sehingga aman bagi pengisi. Kalaupun turret bustle tertembak, masih ada blowout panel (pelat dengan bahan peledak) di sisi atas yang otomatis terlontar apabila ada ledakan di dalam tempat penyimpanan amunisi. Untuk urusan kanon, meriam tanpa ulir (Smoothbore) calibre L55 buatan MKE dipercayakan nangkring di kubah Altay. Untuk menghasilkan kanon yang tepat, MKE sampai harus menciptakan tiga jenis purwarupa. Metode produksi yang dipergunakan mampu memaksimalkan pembuangan panas sehingga memperpanjang umur laras dan mengurangi warping (perubahan dimensi). Larasnya sendiri dipasangi thermal sleeve untuk mengurangi penciri panas (heat signature), plus bore evacuator untuk mencegah asap penembakan kembali ke kompartemen tempur. Untuk mengukur simpangan pada kelurusan laras, terpasang sensor muzzle reference system di atas mulut laras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar